Desember-Januari selalu menjadi dua bulan yang istimewa dibanding dengan bulan lainnya. Izinkan saya menyebutnya sebagai dua bulan manis yang menjadi pemanis perjalanan revolusi tiga ratus enam puluh lima hari.
Desember
Syukur Alhamdulillah semester lima pun berlalu. Perjuangan semester lima ditutup apik dengan UAS take home mata kuliah Psikologi Keluarga, dari judul mata kuliahnya saja sudah terdengar menarik bukan?! Haha setidaknya bagi saya. Tugas take home tersebut dikumpulkan pada tanggal delapan belas desember, dan di hari yang bersamaan saya beserta keluarga alhamdulillah diberi kesempatan untuk kembali mengunjungi rumah Allah. Pukul 8 pagi tugas saya baru rampung, sementara pukul sembilan saya sudah harus berangkat ke bandara. Memang situasinya cukup membuat adrenalin meningkat, tapi ternyata semuanya tetap aman terkendali. Akhirnya tugas saya titipkan pada seorang teman untuk dikumpulkan karena saya tidak bisa hadir langsung ke kampus.
Tugas rampung, maka pikiran saya langsung pindah fokus pada ibadah yang akan saya jalani. Perjalanan ibadah akan berlangsung sembilan dari. Dalam grup besar, kami dibagi lagi menjadi grup kecil, dimana berisikan 8 anggota di dalamnya. Keluarga kami berpasangan dengan keluarga Om Elza dan Tante Maya, yang kebetulan juga menyertakan kedua anaknya yang seusia dengan saya dan Iqbal, yakni Ikra dan Hani. Tentunya memiliki teman seumuran dalam perjalanan yang didominasi oleh bapak ibu menjadi hal yang menguntungkan, karena merasa memiliki teman.
Mulanya pesawat kami bertolak ke Dubai, perjalanan kira-kira ditempuh dalam waktu tujuh jam. Sesampainya di Dubai, kami bergegas mengganti baju ihram kemudian langsung menunggu pesawat berikutya yang akan membawa kami ke Jeddah. Saat sampai di Jeddah, kami hampir masuk waktu Subuh, tadinya kami pikir bisa melaksanakan sholat subuh di luar bandara, namun pada kenyataannya karena harus melewati lubang jarum proses imigrasi, kami baru bisa keluar dan berangkat menuju Makkah pukul 8 pagi. Kala itu hari Jum'at, karena para ikhwan harus menunaikan sholat jum'at, maka kami mengundur waktu umroh hingga sholat jum'at selesai. Kira-kira pukul 2 siang kami pun menjalankan kegiatan umroh pertama. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik. Esoknya kami banyak ziarah ke tempat-tempat yang bersejarah dan juga mustajab untuk berdoa. Jujur saja, entah apa alasannya, saya merasa ibadah umroh kali kedua ini justru terasa sangat khusyuk. Saya menghabiskan begitu banyak air mata di depan Baitullah. Kali kedua ini saya merasa lebih dekat dengan Allah, saya merasa hina, malu sekaligus damai dalam dekapan-Nya. Saya betah sebetah betahnya di sana dan tidak ingin pulang. Oke mungkin memang terdengar berlebihan tapi benar itu yang saya rasakan.
Hari terakhir di Mekkah merupakan hari yang tak bisa dilupakan. Seperti beberapa hari sebelumnya, kami mulai pergi ke Masjidil Haram pada pukul 3 pagi untuk melakukan tahajud, kemudian dilanjut subuh hingga dhuha baru kami kembali ke hotel. Setelah selesai sarapan, mandi dan berkemas, kami duduk di lobby hotel menunggu bis yang akan membawa kami ke Madinah. Sembari menunggu jemputan, saya dan adik mengambil posisi untuk berselancar di dunia internet, mengingat cahaya wi fi hanya tersedia di lobby saja. Setelah bosan berselancar, saya memisahkan diri dari adik dan mencari tempat yang lebih tenang untuk mengaji. Saat sedang mengaji tiba-tiba seseorang di samping saya mencolek pundak saya dengan sedikit keras. Ia berbicara menggunakan bahasa yang tidak bisa saya mengerti. Saya coba menanggapinya dengan bahasa inggris, namun ia tetap kekeuh menggunakan bahasanya dan mencoba memalingkan kepala saya dan mengarahkannya pada seorang yang terlihat lunglai dan seorang lainnya yang menangis. Saya pun terperanjat dan segera mendekati mereka. Ternyata seorang yang terkulai di sofa adalah seorang ibu yang sedang anfal dan seorang yang menjerit menangis adalah anak perempuannya. Sang ibu menderita penyakit asma, saat tawaf kemarin ia selalu menggunakan jasa porter kursi roda, namun hari itu sang ibu menolak menggunakan kursi roda dan memaksakan dirinya untuk tawaf sambil berjalan. Sampai di hotel, ibu yang terlihat lelah itu memucat dan nafasnya memendek. Sang anak yang sejak tadi memangkunya langsung histeris dan menaruh ibunya ke atas sofa kemudian ia berteriak sambil menangis dan mengucap asma Allah. Sungguh ia tak menyangka bahwa ibunya meninggal. Mereka berasal dari grup travel yang berbeda namun sama-sama dari Indonesia. Kebetulan sekali dari grup travel saya, terdapat seorang dokter, namanya Om Eki. Om Eki pun segera bergegas memeriksa namun jika memang sudah suratan takdir, maka kematian takkan bisa ditolak. Dan ibu tadi akhhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Tak lama kemudian ambulance pun datang, begitu juga dengan bis yang akan membawa kami ke Madinah.
Di dalam perjalanan, otak saya tak bisa berhenti memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi di hadapan saya langsung. Pergi beribadah bersama dengan keluarga, pasti kita mengharapkan bisa pulang kembali dengan anggota yang utuh. Bisa kah kalian membayangkan bahwa ketika pulang ke tanah air, kita tak lagi dapat melihat senyum ibu di rumah. Saya paham akan sesedih itu.
Januari
Bulan ini di tahun ini. Ah iya, buat saya makin sadar bahwa saya harus mulai matang. Matang dalam pemikiran, matang dalam perilaku, matang dalam kepribadian dan matang dalam urusan agama. Haha, duapuluhdua. Dulunya pernah ada rencana di tahun ini, tapi setelah masanya tiba, justru segalanya tidak mungkin terlaksana. Ya, ya, saya tidak menyesalinya, justru saya bersyukur sudah berada di jalan yang benar menuju ke sana. Peristiwa peringatan hari lahir tahun ini sungguh di luar dugaan. Biasanya teman-teman dekat saya memang sulit untuk merayakan bersama, karena waktunya bertepatan dengan liburan, ditambah satu persatu mereka lulus kuliah. Alhamdulillah wa Syukurillah, tahun ini saya diiringi oleh banyak orang-orang yang membuat saya bersyukur telah memiliki mereka. Dengan adanya mereka, saya merasa begitu dilimpahi berkah dan tentunya lebih semangat menjalani tahun ini!
And now, it's march already! Semester 6 sedang dijalani. Sedang berusaha menikmati upaya-upaya berdarah yang kalau kata teman saya-yang sudah lulus, nantinya bakal dirindukan. So just go ahead. Finish what you've started! Semangaaaaaat
Bulan ini di tahun ini. Ah iya, buat saya makin sadar bahwa saya harus mulai matang. Matang dalam pemikiran, matang dalam perilaku, matang dalam kepribadian dan matang dalam urusan agama. Haha, duapuluhdua. Dulunya pernah ada rencana di tahun ini, tapi setelah masanya tiba, justru segalanya tidak mungkin terlaksana. Ya, ya, saya tidak menyesalinya, justru saya bersyukur sudah berada di jalan yang benar menuju ke sana. Peristiwa peringatan hari lahir tahun ini sungguh di luar dugaan. Biasanya teman-teman dekat saya memang sulit untuk merayakan bersama, karena waktunya bertepatan dengan liburan, ditambah satu persatu mereka lulus kuliah. Alhamdulillah wa Syukurillah, tahun ini saya diiringi oleh banyak orang-orang yang membuat saya bersyukur telah memiliki mereka. Dengan adanya mereka, saya merasa begitu dilimpahi berkah dan tentunya lebih semangat menjalani tahun ini!
And now, it's march already! Semester 6 sedang dijalani. Sedang berusaha menikmati upaya-upaya berdarah yang kalau kata teman saya-yang sudah lulus, nantinya bakal dirindukan. So just go ahead. Finish what you've started! Semangaaaaaat
.annisaauliajustmine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar