Rabu, 16 Januari 2013

KAI vs Humanity

Gue bukan tipe mahasiswa yang sering turun ke jalan. Ikut demo menuntut hak demi kepentingan orang banyak. Tapi gue tumbuh di antara orang-orang yang mau merelakan waktu, tenaga hingga nyawa untuk menyampaikan suara rakyat yang tidak sampai atau memang tidak mau didengar oleh mereka yang berwenang. Mereka hebat di mata gue.

Gue ga pernah ikut aksi, orang tua gue melarang, jadi selama beberapa hari ini gue cuma bisa terus memantau kelanjutan kabar dari penggusuran kios pedagang stasiun di lini masa twitter. Sebelumnya gue pernah menuliskan kisah tentang kehidupan di stasiun ui, bisa dibaca di sini. Kehidupan di stasiun ui sudah melekat erat dengan kehidupan mahasiswa ui, gue salah satunya. Tiap hari lalu lalang di sana, kami butuh mereka (pedagang stasiun) dan begitu sebaliknya, saling menciptakan harmonisasi simbiosis mutualisme. Ketika mencari textbook murah dengan kualitas oke, mencari dvd untuk menghalau bosan, fotocopy bahan kuliah, beli makanan untuk sarapan sebelum kuliah, di mana lagi hal-hal ini bisa dilakukan kalo ga ada lagi pedagang stasiun. Oke, itu sedikit cerita dari stasiun ui, menurut sumber ini akan dilakukan penggusuran terhadap kios-kios di 25 stasiun di wilayah jabodetabek. Bayangkan berapa banyak jumlah rakyat yang akan kehilangan mata pencahariannya? Jangan salahkan jika angka kriminalitas nantinya akan tambah tinggi.

Untuk isu yang satu ini, gue merasa harus berbuat sesuatu, setidaknya dengan tulisan guna meluruskan informasi yang simpang dari akun twitter yang mengatasnamakan "pencerahan". Isu penggusuran kios stasiun ini gue rasa penting dan mendesak untuk segera diselesaikan. Sesuai dengan tulisan di sini, isu ini sudah merebak mulai akhir bulan november 2012, hingga hari ini berarti sudah hampir 3 bulan pedagang stasiun bersama teman-teman BEM UI dan beberapa universitas lain memperjuangkan hak mereka, hak rakyat.

Senin lalu (14/01) terjadi penggusuran paksa di stasiun pondok cina (pocin) Depok. Disebut penggusuran paksa karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya bahwa kios-kios di stasiun pocin akan digusur hari itu. Mahasiswa dan pedagang stasiun se-jabodetabek berusaha menyampaikan aspirasinya ke Istana, karena sebelumnya telah dilakukan upaya untuk mengajak pihak terkait untuk berdialog dan mencari titik tengah secara kekeluargaan, namun tak kunjung didapatkan. Pada dasarnya jika memang untuk alasan kenyamanan dan ketertiban stasiun, pedagang ini tidak menolak untuk ditertibkan asalkan tidak digusur karena bagaimanapun kios tersebut adalah sumber mata pencaharian mereka. 

Menurut hasil tanya-jawab dengan Kak Oot (Kadiv Aksi BEM UI '12), di hari senin itu sebagian teman-teman BEM dengan pedagang stasiun se-jabodetabek mendatangi Istana sebagai upaya penyaluran aspirasi yang tak juga mendapatkan respon dari PT. KAI dan Kementrian BUMN. Padahal sebelumnya sudah ada upaya untuk mengajak pihak terkait berdialog, mencoba dibicarakan secara kekeluargaan, namun tak ada tanggapan. Karena tak ada tanggapan, pedagang dan mahasiswa mengadu ke Komnas HAM. Dan menurut Komnas HAM, penggusuran terhadap pedagang kios stasiun merupakan hal yang melanggar HAM yang berlaku di negara ini.

Pagi itu yang menjaga stasiun pocin hanya sedikit sementara preman dan aparat ramai. Aktifitas berdagang tetap berjalan seperti biasa, hingga terjadi penggusuran paksa dan pengrusakan kios. Karena jumlah yang tidak imbang, mahasiswa dan pedagang dipukul mundur oleh aparat dan preman yang merusak. Mahasiswa dan pedagang yang baru saja sampai di Istana putar arah kembali ke stasiun pocin. Sudah terjadi banyak kerusakan di sana. Padahal pedagang dan mahasiswa sudah mencoba menyampaikan aspirasi melalui jalur demokrasi yang tepat, seperti yang sudah dijelaskan.

Miris rasanya, di negara yang menggaungkan demokrasi justru terjadi pelanggaran demokrasi di mana-mana, seperti penggusuran paksa yang tanpa mekanisme resmi ini. Karena tak jua ditanggapi, mahasiswa dan pedagang menunggu pimpinan KAI untuk hadir berbincang. Untuk beberapa saat mahasiswa dan pedagang memblokir rel. Sebentar saja, untuk menunggu pimpinan untuk duduk bersama. Pemblokiran rel yang hanya sebentar diharapkan akan menemukan jalan terang untuk kelanjutan hidup para pedangang. Hal ini yang mendorong ucapan-ucapan negatif muncul di permukaan dunia maya. Katanya mengganggu mobilisasi masyarakat lain. Memang benar tapi coba pikirkan ketika rel diblokir sehari, mobilisasi menuju tempat mencari rezeki menjadi terhalang, banyak yang marah karena aktifitas mencari rezekinya yang jadi sulit kan? Begitu juga yang dirasakan pedagang ini, apa tidak lebih risau lagi para pedagang yang tempat mencari rezekinya dihancurkan?


Hari itu lini masa twitter ramai dengan kontroversi kicauan akun yang mengakui memerangi kemunafikan yang terjadi di negeri ini. Miris ketika mengetahui banyak pihak dan teman-teman atau alumni UI yang terpengaruh oleh tweet-tweet asal yang dipost oleh om ini. Pernah mikir ga, apa sih dasar omongan si om trio dangdut dua ribuan ini? Apa dia punya data yang cukup valid untuk dikoar-koarkan di media sosial? Ada baiknya membaca beberapa chirpstory dari teman-teman BEM UI seperti dari @meneerpatriot, salah satu orang yang selalu berada di garda depan untuk menuntut hak rakyat. Coba juga baca tweet serta chirpstory dari akun @BEMUI_Change sebagai akun resmi yang menampilkan kegiatan BEM UI dalam menanggapi isu sosial politik. Atau mungkin merasa ingin tahu bagaimana melihat isu ini melalui kacamata hukum, bisa dilihat di sini yang dipost oleh @alldofj dari Fakultas Hukum UI. 

Begini, bukan bermaksud bias, saya mendukung karena almamater yang sama, tetapi masalah kebenaran, jelas teman-teman BEM UI berada di tempat dan mengikuti perkembangan isu penggusuran dari awal hingga hari ini, bandingkan dengan si om macan, apakah dia ada di TKP saat penggusuran terjadi? Media hadir untuk memberikan, menyebarkan informasi kepada khalayak luas. Namun perlu diingat, menurut kelas psikologi media yang gue ikuti di semester lalu, kadang media hadir dengan menciptakan perceived reality, yakni hal atau citra yang ingin dibangun oleh sebuah media yang dihadirkan menyerupai realita, padahal belum tentu dengan kenyataannya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mengendalikan suara dan anggapan sebagian besar masyarakat. Jadi penting untuk mencari tahu sumber berita untuk menentukan apakah berita tersebut adalah perceived reality belaka atau memang realitas yang ada. Penikmat media yang baik tidak menerima informasi yang disajikan dengan gamblang. Di dunia yang penuh kepentingan orang-orang tertentu kita harus berpikir kritis sebelum menerima informasi. Gunakan media secara cerdas kawan :)

Ini sebagian foto yang menggambarkan kejadian di pocin. Apakah nuranimu tak terusik?


 Ada kisah di balik foto ini, silahkan baca di sini

  

Foto-foto diambil dari sini

Tuhan tiada memberikan cobaan yang mana hambanya tidak kuat memikulnya, percayalah akan datang matahari dibalik derasnya hujan. Semoga segera diberi terang dan jalan keluar bagi para pedagang stasiun. Semoga perjuangan yang terus dilakukan dapat membuahkan hasil yang indah pada waktunya. Semoga demokrasi bisa leluasa berkibar lepas di rumahnya sendiri.

.annisaauliajustmine

3 komentar:

  1. Tulisannya bagus, Aul :) IMHO, gue tidak masalah dengan aksi demonstrasi mahasiswa, tetapi tidak mendukung blokade. Gue udah pernah ngobrol juga sih sama beberapa anak BEM soal blokade. Rata-rata pendapatnya sama seperti yang ada di tulisan ini, karena penderitaan pedagang itu dianggap lebih berat daripada orang-orang yg terhambat di kereta. Nah, tapi gue tanya lagi ke mereka, apakah mereka gak ada yg pernah sampai berpikir bahwa sebenarnya keterlambatan 4 jam karena blokade tersebut sebenarnya rantai dampaknya bisa panjang sekali. Let's say, misalnya ada seseorang di kereta tsb yang sedang membawa obat untuk org lain yg sakit di rumahnya. Karena keterlambatan 4 jam tsb rupanya berakibat fatal karena obat tdk sampai tepat waktu. Kejadian2 seperti itu sebenarnya bisa bgt terjadi kan? Nah, jadi kalau pendapat gue sih lebih baik aksi protes dilakukan dgn tanpa menambah korban pihak lain. Toh kalau dilihat sekarang, walaupun udah diblokade, PT KAI tetap gk mau nego kan? Berarti usaha blokade gagal, dan justru menambah korban. Rasanya lebih bagus kalau mahasiswa seperti kita bisa mencari cara lain yg lebih bijak untuk menyampaikan protesnya :)

    BalasHapus
  2. aksi bukannya cuma dgn cara turun ke jalan aul,menulis pun juga salah satu "aksi" yang ampuh,banyak yang bisa kamu sentuh dengan menulis,terus menulis yaa :D

    BalasHapus
  3. @Clara: Setuju, Clar. Ada baiknya memang seperti itu, tapi di setiap tindakan pasti akan selalu ada baik-buruk dan pro-kontranya :)
    @Nisa: Sipp, you too Nis. Makasih udah mau baca yaa :)

    BalasHapus